Easy management

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts. Separated they live in Bookmarksgrove right at the coast of the Semantics, a large language ocean.

Read more
image01

Revolution

A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary regelialia. It is a paradisematic country, in which roasted parts of sentences fly into your mouth.

Read more
image01

Warm welcome

When she reached the first hills of the Italic Mountains, she had a last view back on the skyline of her hometown Bookmarksgrove, the headline of Alphabet Village and the subline of her own road, the Line Lane.

Read more
image01

Quality Control

Even the all-powerful Pointing has no control about the blind texts it is an almost unorthographic life One day however a small line of blind text by the name of Lorem Ipsum decided to leave for the far World of Grammar.

Read more
image01

6.11.2011

Race Against Time



Berpacu dengan Waktu.

ORANG-ORANG YANG SUKSES MENYADARI PENTINGNYA WAKTU.

Baik anda sadari atau tidak, setiap hari anda selalu menghadapi situasi semacam itu. "Bank" tersebut adalah waktu, dan anda mendapatkan 86.400 detik setiap hari yang dapat anda habiskan sesuka hati anda. Dan jika anda gagal memanfaatkan detik-detik itu, maka waktu yang telah berlalu itu tidak akan kembali lagi.

Orang-orang yang sukses menyadari pentingnya waktu. Ketika sseorang penemu, Thomas Edison ditanya hal yang paling penting di dunia inin dia menjawab "waktu". Benyamin Franklin, juga seorang penemu, pengarang dan seorang negarawan, bahkan lebih jauh lagi melukiskan tentang waktu. Dia mengatakan, "Apakah anda mencintai kehidupan? Kalau jawabannya adalah "Ya", maka anda jangan membuang-buang waktu, karena waktu adalah inti kehidupan.


Saya percaya kebanyakan orang akan setuju dengan pendapat Franklin. Nyatanya kehidupan kita di muka bumi ini dibatasi oleh waktu. Kita semua tahu bahwa waktu sangat berharga bagi kehidupan kita. Tetapi tanpa disadari sebagian dari kita sering terlena sehingga sering membuang-buang waktu secara percuma. Mengapa hal ini bisa terjadi? Menurut hemat saya ada beberapa alasan :
  1. Orang-orang tidak menyadari bahwa cara mereka menghabiskan waktu mereka adalah sesuatu yang sebenarnya dapat mereka atur. "Kami mengatur waktu kami, jika tidak, maka kami akan diperbudak waktu. Kita memanfaatkan waktu atau kita dimanfaatkan oleh waktu. "Kita bisa membedakan dua orang bukan dari banyaknya waktu yang mereka miliki, karena meraka sama-sama memiliki waktu 24 jam sehari, tetapi dari bagaimana mereka memanfaatkan waktu itu.
  2. Mereka sering lupa bahwa betapa terbatasnya waktu yang tersedia untuk mencapai keberhasilan di dalam kehidupan. Pernah ada penelitian tentang bagaimana rata-rata orang Amerika yang mencapai usia 72 tahun menggunakan waktu mereka : 21 tahun untuk tidur, 14 tahun untuk bekerja, 7 tahun melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, 6 tahun untuk makan, 6 tahun untuk melakukan perjalanan, 5 tahun untuk menunggu giliran, 4 tahun untuk belajar, 3 tahun untuk menghadiri pertemuan, 2 tahun untuk menejawab telepon, 1 tahun untuk mencari barang-barang yang hilang, 3 tahun untuk kegiatan-kegiatan lainnya. Bila kita mentargetkan untuk mencapai keberhasilan selama masa kerja kita, berarti kita hanya punya waktu yang singkat untuk melakukannya, yakni kurang dari seperlima dari seluruh waktu yang kita miliki.
  3. Mereka tidak menyadari berapa banyak waktu yang telah mereka sia-siakan. Banyak orang yang cara bekerjanya hanya berprinsip bahwa "Pokoknya segalanya beres!". Tingkat produksi kerja mereka sebenarnya hanya sebagian kecil dari apa yang seharusnya bisa mereka capai.
  4. Mereka tidak memiliki sistem maupun strategi untuk mengelola waktu mereka. Masalah yang terbesar penyebab orang-orang menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga adalah karena mereka tidak merencanakan waktu mereka. Charles C. Gibbons mengatakan, "Salah satu cara terbaik untuk menghemat waktu adalah berpikir dan membuat perencanaan ke depan, dengan berpikir lima menit saja, sering kali kita menghemat waktu kerja selama satu jam." Jika anda menghargai waktu anda (Jika anda ingin berhasil, anda harus bisa menghargai waktu), anda harus merencanakan waktu anda.

4.28.2009

CREATIVE vs REAKTIVE LEADER

Di dunia ini ada dua jenis manusia pemimpin. Yang pertama disebut pemimpin reaktif, yaitu orang - orang yang cenderung menutup diri terhadap alternatif, terlalu cepat bereaksi untuk segala hal, mudah tersinggung, dan lebih terang melihat "kesulitan" dibalik setiap kesempatan dari pada sebaliknya. Pemimpin seperti ini umumnya adalah pekerja keras, namun cara kerjanya bisa menjadi tidak efektif.

Pemimpin yang kedua adalah pemimpin kreatif. Pemimpin ini berhasil mengendalikan agresivitasnya dalam bentuk komunikasi yang teratur dan menimbulkan semangat kerja. Pemimpin ini cenderung kreatif mencari jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi. Ia mampu melihat dengan terang "kesempatan-kesempatan" indah yang ada dibalik setiap kesulitan. Pemimpin seperti inilah yang dibutuhkan dalam melakukan
turnaround.





4.17.2009

Never Ending Study


Apa yang kita rasakan jika dipanggil "bodoh" oleh orang lain? Sedih, kesal, marah, dan mungkin saja kita akan protes. Tidak ada orang yang suka dikata-katai bodoh. Sayangnya, kenapa sering kali kata bodoh ini meluncur dari mulut kita dengan ringannya?

Kata bodoh ini adalah kata yang tidak enak untuk didengar. Bodoh dalam arti tidak tahu apa-apa memang sangat menyedihkan. Orang yang tidak tahu apa-apa seringkali dijadikan bulan-bulanan oleh orang yang tahu lebih banyak. Makin sedikit pengetahuan, makin pahit hidup ini. Tanpa pengetahuan, tangan dan kaki akan terbelenggu, tidak bisa bergerak kemana-mana. Cakrawala berpikir akan sempit. Orang yang tidak berpengetahuan mungkin saja belum tahu akan janji Allah, sehingga dia enggan mencari dan menambah ilmu.

Makin sedikit pengetahuan, makin pahit hidup ini karena tak banyak masalah yang bisa diselesaikan. Oleh karena itu jika ingin sukses ingatlah janji Allah bahwa Allah akan mengangkat beberapa derajat, orang yang berilmu. "....Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad" (QS Al Mujadilah(58) : 11).

Yang lebih mengesankan lagi, ilmu adalah jalan menuju kebahagiaan. Kita bisa mencapai apapun dengan ilmu. Barang siapa yang menginginkan dunia, maka wajiblah baginya untuk membekali dirinya dengan ilmu. Barang siapa yang menginginkan akhirat, maka wajib baginya untuk mencari ilmu. Barang siapa yang menginginkan dunia dan akhirat, maka wajib baginya untuk mencari ilmu.

Ingin sukses di dunia, akhirat dan keduanya, maka kita harus benar-benar mencintai ilmu. Caranya, mempelajarinya dan sekaligus mengamalkannya. Jika kita ingin tahu sejauh mana tingkat kesuksesan kita, maka bisa dilihat dari seberapa besar kecintaan kita kepada ilmu.

Orang-orang dari Jepang, Amerika dan Eropa dinilai lebih maju. Mereka mengetahui banyak hal. Rahasianya ternyata ada pada hobi mereka, yaitu suka membaca. Membaca dijadikan aktifitas rutin harian. Mereka wajib membaca buku dan sumber bacaan lain setiap saat. Itulah yang membuat mereka maju beberapa langkah di depan kita--bangsa Indonesia--yang semakin hari malah semakin mundur karena ketidaksukaannya membaca. Saat ini bangsa Indonesia baru sampai pada tahap belajar untuk membaca.

Semuanya akan bisa kita hadapi dengan ilmu. Bagaimana mungkin kita bisa menyikapi segala perubahan tanpa menambah ilmu? Jika kondisi perubahan di sekeliling kita tidak diimbangi dengan pertambahan ilmu, maka yang ada hanyalah emosi dan ketegangan. Maka, jangan heran kalau saat ini banyak orang yang terkena stres, depresi, bahkan ujung-ujungnya menjadi gila. Na'udzubillahi min dzaalik!

Dikutip dari buku "aku bisa!" Manajemen Qolbu untuk melejitkan Potensi karya Abdullah Gymnastiar
.

4.12.2009

Road To Success


Sungguh beruntung mereka yang dikaruniai Allah dengan potensi dan bakat untuk unggul. Dan lebih beruntung lagi mereka yang yang dikaruniai kemampuan mengoptimalkan potensi dan bakatnya sehingga menjadi manusia unggul serta prestatif.

Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi untuk unggul. Namun, pada kenyataannya, betapa banyak pula orang yang cukup potensial tapi tidak pernah menjadi manusia unggul. Betapa banyak orang yang memiliki bakat terpendam dan tetap terpendam tak tergali, karena dia tak tahu ilmu untuk mengoptimalkannya. Oleh karena itu, mungkin yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya untuk menjadi seorang pribadi prestatif? Setidaknya ada lima hal yang dapat memacu seseorang menjadi pribadi prestatif, yakni sebagai berikut :

Percepatan Diri
Salah satu kunci untuk memacu prestasi diri adalah kemampuan mengelola waktu. Orang yang akan unggul adalah orang yang berbuat lebih banyak dari orang lain dalam rentang waktu yang sama. Jatah waktu kita dalam sehari adalah sama yaitu 24 jam. Marilah kita mulai dari sekarang dalam waktu yang sama, tetapi isi beda! Yahya bin Hubairah, guru Ibnu Qayyim Al-Jauziah berkata, "Waktu adalah barang paling berharga untuk kau jaga. Menurutku, ia adalah barang yang paling mudah hilang darimu. Waktu adlah hidup kita, orang bodoh adalah mereka yang diberi modal waktu namun disia-siakan."


Sosok pribadi unggul pantang berbuat sia-sia. Dia akan sangat menjaga waktu, sebab semua yang kita perbuat pasti butuh waktu, sedangkan ia sangat berharga. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adlah saudara-saudara syetan dan syetan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS al-Israa (17) : 27)

Keunggulan itu lebih dekat dengan orang yang paling efektif dalam memanfaatkan waktu. Islam adalah agama yang sangat menekankan pentingnya waktu. Allah Swt telah mendisiplinkan kita dengan rutinitas shalat lima waktu dalam sehari semalam. Seorang Mukmin pasti terjaga dengan waktu shalatnya.

Segala bentuk kemalasan, keengganan harus dibuang jauh kalau kita ingin masa depan cerah. Bagi yang mendambakan keunggulan, ketika melihat orang lain belajar lima jam sehari, maka dia harus punya bonus waktu belajar lebih dari porsi lima jam itu. Demikianlah, salah satu ciri orang yang unggul adalah memiliki kebiasaan melakukan sesuatu dimana orang lain enggan melakukannya.

Maka, tidak ada waktu yang sia-sia. Ajaran Islam sangat menghormati dan menghargai waktu serta melarang kesia-siaan. Rasulullah saw bersabda "Di antara tanda kebaikan akhlak manusia Muslim itu adalah meninggalkan apa yang tidak perlu." (HR Turmudzi). Untuk itu, kalau kita melakukan sesuatu, pikirkan manfaatnya. Tanyakan pada nurani, " Bagaimana kalau saya mati dalam keadaan melalaikan waktu?" Na'udzubillah.

Sistem yang Kondusif
Andaikata kita susah memiliki percepatan diri, maka kita harus masuk ke dalam sistem atau lingkungan yang membuat kita bisa bergerak lebih cepat. Misalnya, ada dua ekor kupu-kupu. Kupu-kupu yang satu masuk ke dalam mobil dan mobil pun melesat maju. sedangkan kupu-kupu yang lain tidak masuk ke mobil, hanya terbang menggunakan sayapnya. Lalu ukur dalam waktu lima menit, mana yang lebih dulu sampai ke tujuan? Jelas akan ada beda kecepatan dan jarak tempuh yang signifikan. Kupu-kupu yang terbawa mobil tentu lebih unggul.

Tapi, kalau mobilnya berhenti atau mogok, maka mungkin yang lebih cepat adalah dengan terbang sendiri. Artinya, sistem yang kita masuki sangat mempengaruhi percepatan diri. Salah dalam memilih lingkungan, akibatnya akan segera kita rasakan. Kita harus mencari sistem lingkungan dan teman-teman pergaulan yang berkualitas, unggul, terjaga, memiliki kehalusan budi pekerti.

Lembaga atau organisasi yang memiliki sistem yang unggul, banyak yang telah dapat membuktikan dirinya tampil dalam kehidupan bermasyarakat. Kalau ingin memiliki pribadi prestatif dan tangguh, pastikan untuk tidak salah dalam memilih pergaulan. Sebab, salah dalam memilih lingkungan, salah dalam memilih sistem, berarti telah salam dalam memilih kesuksesan. Ingatlah akan riwayat, " Bergaul dengan tukang minyak wangi akan terbawa wangi dan bergaul dengan pandai besi akan terbawa bau bakaran." Artinya, apabila kita salah dalam memilih teman, salah dalam memilih lingkungan, salah dalam memilih sistem, berarti kita telah salah dalam memilih masa depan. Maka, carilah lingkungan atau sistem yang baik, yang dapat mengkatrol tata nilai kehidupan kita menjadi lebih baik.

Berdaya Saing Positif
Kiat menjadi unggul yang ketiga adalah memiliki naluri berdaya saing positif. Dalam setiap kesempatan dan lingkungan, kita harus memiliki naluri berdaya saing positif.

Sebenarnya setiap orang memiliki naluri untuk berlomba-lomba dalam kebajikan. Celakanya, kita sering melihat pesaing kita itu sebagai musuh yang dapat merintangi kita untuk berbuat kebajikan. Melihat sesuatu yang sama atau bahkan lebih, sring dipandang sebagai sebuah ancaman. Padahal jika kita lihat hal itu dengan hati yang jernih, maka pesaing itu adalah karunia Allah yang tak ternilai.

Yang membuat kita terpuruk sebenarnya bukan musuh, tapi kualitas dan kemampuan kita sendiri yang terbatas. Tidak perlu emosional, saingan adalah aset, bukan ancaman. Kita hancur justru bisa oleh diri sendiri. Kalau niat salah, itu bisa menghancurkan. Orang yang memiliki mental bersaing secara positif, justru akan menanggapi adanya saingan dengan senang hati, seolah dia mendapat sparring partner yang akan memacunya agar lebih berkualitas.

Sebuah uangkapan, "Lebih baik jadi juara kedua diantara para juara umum, dari pada jadi juara pertama diantara yang lemah." Orang - orang yang suka iri hati, sebel, dan dongkol, kepada prestasi orang lain, biasanya tidak akan unggul. Berani bersaing secara sehat dan positif adlah kunci menuju gerbang kesuksesan.

Mampu Bersinergi (Berjamaah)
Masih ingat kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang yang bulan Agustus 1945 luluh lantah oleh bom atom Sekutu? Ya, ingatan kita akan segera menerawang, ketika bagaimana sebuah benda yang besarnya tidak lebih dari tubuh manusia itu bisa meratakan hampir seisi kota dengan hanya satu kali ledakan yang sangat dahsyat. Menurut para ahli fisika, ledakan dahsyat ini terjadi karena adanya sinergi beberapa proses berantai, yaitu sinergi antara atom satu yang bersinggungan dengan atom lainnya. Atom-atom itu saling bersinggungan satu sama lain. Dalam waktu beberapa detik saja, jutaan bahkan miliaran atom telah saling bersinggungan menghasilkan benturan kekuatan yang sangat dahsyat. Belajar dari fenomena atom, jika kita ingin unggul, nikmati hidup berjamaah. Kita harus senang hidup berjamaah dengan orang lain. Tapi tentu saja berjamaah dalam arti positif, karena adakalanya dalam berjamaah itu juga saling melemahkan atau saling melumpuhkan.

Manajemen Qolbu
Tidak bisa tidak, bagi pribadi yang ingin unggul dan prestatif, maka dia harus mampu mengendalikan suasana hatinya. Rasulullah saw bersabda, " Ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama hati." (HR Bukhari Muslim).

Dalam organisasi, misalnya, kita harus mampu mengelola konflik. Ingat, konflik bukan untuk dihindari atau dihilangkan. Konflik adalah untuk dikelola agar menjadi sebuah kekuatan yang positif. Banyak fakta membuktikan bahwa rubuhnya organisasi itu karena pengelolaan hati para pengurusnya kurang baik. Ingatlah pepatah, "Kekayaanku adlah hatiku, apapun yang engkau lakukan, yang penting adalah jangan kau curi hatiku."

Selamat menderita bagi orang yang busuk hati. Maka, bagi siapa pun yang tidak bisa menata hati, waktu kita akan habis meladeni kebusukan hati itu. Kita akan terhambat dan tidak akan berprestasi, karena energi kita habis untuk memikirkan keburukan orang lain.

Untuk dapat mengelola hati dengan baik, maka bekal yang utama adlah ilmu, ingatlah konsep perubahan. Seseorang itu berubah bukan karena tahu, tapi karena paham. Orang bisa paham karena ada informasi atau ilmu. Bagaimana kita dapat membersihkan hati ini jika tidak tahu ilmu tentang hati?

Oleh karena itu dari sekarang sisihkanlah waktu, tenaga, biaya untuk menggali ilmu. Ingat, upaya itu selain untuk tahu, adlah juga untuk paham. Setelah tahu ilmu, segera amalkan! Bagi mereka yang ahli dalam menjaga hati, insya Allah lulus menjadi pribadi unggul. Wallalua'lam.

Dipetik dari buku Refleksi Manajemen Qolbu karya Abdullah Gymnastiar.

4.09.2009

Leadership of Muhammad SAW


Berbagai teori-teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh para guru leadership, to some extent ditemukan pada pribadi dan kepemimpian Muhammad SAW. Salah satu teori dikemukakan oleh Kets de Vries yang menyimpulkan dari penelitian klinisnya terhadap para pemimpin bahwa sebanyak prosentase tertentu dari para pemimpin itu mengembangkan kepemimpinan mereka karena dipengaruhi oleh trauma pada masa kecil mereka.

Muhammad SAW mengalami masa-masa sulit diwaktu kecilnya. Di usia dini beliau sudah menjadi yatim piatu. Pada kanak-kanak itu pula beliau harus menggembala ternak penduduk Makkah. Di awal usia remaja beliau sudah mulai belajar berdagang dengan mengikuti pamannya Abu Thalib berdagang ke daerah-daerah sekitar Jazirah Arab.

Beberapa teori kepemimpinan lainnya juga dapat ditemukan pada diri Muhammad SAW. Misalnya, empat fungsi kepemimpinan (the 4 roles of leadership) yang dikembangkan oleh Stephen Covey. Konsep ini menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki empat fungsi kepemimpinan, yakni sebagai perintis (pathfinding), penyelaras (aligning), pemberdaya (empowering), dan panutan (modeling).

Fungsi perintis (pathfinding) mengungkap bagaimana upaya sang pemimpin memahami dan memenuhi kebutuhan utama para stakeholder-nya, misi dan nilai-nilai yang dianutnya, serta yang berkaitan dengan visi dan strategi, yaitu kemana perusahaan akan dibawa dan bagaimana caranya agar sampai kesana.

fungsi ini ditemukan pada diri Muhammad SAW karena beliau melakukan berbagai langkah dalam mengajak umat manusia ke jalan yang benar. Muhammad SAW telah berhasil membangun suatu tatanan sosial yang modern dengan memperkenalkan nilai-nilai kesetaraan universal, semangat kemajemukan dan multikulturalisme, rule of low, dan sebagainya. Sistem sosial yang diakui terlalu modern dibanding zamannya itu dirintis oleh Muhammad SAW dan kemudian dikembangkan oleh para khalifah sesudahnya.

Fungsi penyelaras (aligning) berkaitan dengan bagaimana pemimpin menyelaraskan keseluruhan sistem dalam organisasi perusahaan agar mampu bekerja dan saling sinergis. Sang pemimpin harus memahami betul apa saja bagian-bagian dalam sistem organisasi perusahaan. Kemudian, ia menyelaraskan bagian-bagian tersebut agar sesuai dengan strategi untuk mencapai visi yang telah digariskan.

Muhammad SAW mampu menyelaraskan berbagai strategi untuk mencapai tujuannya dalam menyiarkan ajaran islam dan membangun tatanan sosial yang baik dan modern. Ketika banyak para sahabat yang menolak kesediaan beliau untuk melakukan perjanjian perdamaian Hudaybiyah yang dipandang menguntungkan pihak musyrikin, belaiu tetap bersikukuh dengan kesepakatan itu. Terbukti, pada akhirnya perjanjian tersebut berbalik menguntungkan kaum Muslim dan pihak musyrikin meminta agar perjanjian itu dihentikan. Beliau juga dapat membangun sistem hukum yang kuat, hubungan diplomasi dengan suku-suku dan kerajaan di sekitar Madinah, dan sistem pertahanan yang kuat sehingga menjelang beliau wafat, Madinah tumbuh menjadi baru yang cukup berpengaruh pada waktu itu.

Fungsi pemberdaya (empowering) berhubungan dengan upaya pemimpin untuk menumbuhkan lingkungan agar setiap orang dalam organisasi perusahaan mampu melakukan yang terbaik dan selalu mempunyai komitmen yang kuat (committed). Seorang pemimpin harus memahami sifat pekerjaan atau tugas yang diembannya. Ia juga harus mengerti dan mendelegasikan seberapa besar tanggung jawab dan otoritas yang harus dimiliki oleh setiap karyawan yang dipimpinnya. Siapa mengerjakan apa. Untuk alasan apa mereka mengerjakan pekerjaan tersebut. Bagaimana caranya. Dukunga sumberdaya apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dan bagaimana akuntabilitasnya.

Sejarah kenabian (sirah nabawiyah) menceritakan kecakapan Muhammad SAW dalam mensinergikan berbagai potensi yang dimiliki oleh para pengikutnya dalam mencapai suatu tujuan. Sebagai contoh, dalan mengatur strategi dalam perang Uhud, beliau menempatkan pasukan pemanah di punggung bukit untuk melindungi pasukan infantri Muslim. Beliau juga dengan bijak mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar ketika mulai membangun masyarakat Madinah. Beliau mengangkat para pejabat sebagai amir (kepala daerah) atau hakim berdasarkan kompetensi dan good track record yang mereka miliki. Tidak heran, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama (sekitar 10 tahun), beliau telah mampu mendirikan dasar-dasar tatanan sosial masyarakat modern. Pemimpin dunia lainnya mungkin butuh waktu yang lebih lama untuk mencapai hal semacam itu.

Fungsi panutan (modeling) mengungkap bagaimana agar pemimpin dapat menjadi panutan bagi para karyawannya. Bagaimana dia bertanggung jawab atas tutur kata, sikap, perilaku, dan keputusan-keputusan yang diambilnya. Sejauh mana dia melakukan apa yang dikatakannya.

Muhammad SAW dikenal sangat kuat berpegang pada keputun yang telah disepakati. Menjelang perang Uhud, suara- suara yang menginginkan agar kaum Muslim 'menyambut' pasukan musyrik di luar Madinah lebih banyak dari pada yang ingin bertahan di pinggiran Madinah. Rasulullah SAW pun pada awalnya memilih pendapat yang kedua. Tetapi karena mengikuti prosedur suara terbanyak, akhirnya diambil keputusan untuk menyongsong pasukan Makkah di luar Madinah. Belakangan para sahabat menyadari bahwa mereka terlalu memaksakan kehendak mereka terhadap Muhammad SAW dan meminta beliau untuk memutuskan apa yang menurut beliau dan Allah merupakan jalan terbaik. Menyikapi hal ini Muhammad SAW menjawab dengan tegas :

"Ke dalam pembicaraan yang semacam inilah saya ajak kalian tapi kalian menolak. Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah mengenakan baju besinya lalu akan menanggalkanya kembali sebelum Tuhan memberikan putusan antara dirinya dan musuhnya. Perhatikan apa yang saya perintahkan kepada kamu sekalian dan ikutilah! Atas ketabahan hatimu, kemenangan akan berada di tanganmu."

Beliau juga merupakan seseorang yang melaksanakan apa yang beliau katakan (walk the talk). Beliau sangat membenci orang yang mengatakan sesuatu tetapi tidak melaksanakan apa yang dikatakannya itu.

Rasulullah SAW menjadi panutan dalam melaksanakan nasehat dan saran-sarannya demikian juga dalam menjadi pribadi yang mulia. Beliau adalah seorang yang sangat dermawan kepada siapapun yang datang dan meminta pertolongan jauh sebelum mengatakan, "Tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah."

Beliau memikul batu, mengambil skop tanah ketika membangun Masjid Nabawi, membawa linggis ketika menggali parit (Khandaq) waktu mengajak ummatnya, "Mari membangun bersama." Sebelum bersabda, "Yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik dengan keluarganya," beliau mencontohkan kelemahlembutan terhadap anggota keluarganya.

Masih banyak bukti-bukti kepemimpinan yang baik sebagaimana yang dikemukakan oleh para guru kepemimpinan dan manajemen modern terdapat pada diri Muhammad SAW, tentu saja kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW tidak harus menunggu pembenaran dari teori-teori kepemimpinan dan manajemen modern karena apa yang beliau contohkan telah terbukti berhasil.

diambil dari buku best seller The Super Leader Super Manajer karya Dr. Muhammad Syafii Antonio, M,Ec


4.05.2009

INSPIRATION

Aku sangat terinspirasi oleh buku yang berjudul You Can If You Think You Can karya Norman Vincent Peale. Buku ini sangat luar biasa buat ku. Seakan memiliki energi yang mampu memacu adrenalinku dan meyakinkan aku akan potensi yang telah Allah berikan padaku. Sayang aku sempat terlupa akan semangat buku ini, sampai aku mendengarkan materi bisnis & manajemen. Aku seperti diingatkan kembali pada buku ini. Sekarang aku akan memulai kembali langkah ku untuk menciptakan mimpi dan mewujudkannya. Amin